Kamis, 11 Juli 2013

Laporan Praktikum : KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN

0 komentar
KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN

I.             TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami sifat larutan jenuh, kelarutan suatu garam dalam pelarut air dan menentukan hasil kali kelarutannya.

II.          TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan suatu senyawa didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu pada suhu tertentu. Meskipun pelarut – pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan banyak digunakan (Oxtoby, 2001).
Jika sejumlah zat terlarut dibiarkan berhubungan dengan sejumlah terbatas pelarut, pelarutan terjadi secara terus menerus. Hal ini berlaku karena adanya proses pengendapan, yaitu kembalinya spesies (atom, ion dan molekul) kedalam keadaan tak larut. Pada waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau kecepatan sama, kuantitas terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap sama pada setiap waktu. Proses ini adalah satu kesetimbangan dinamis dan larutannya dinamakan larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh dikenal sebagai kelarutan zat terlarut dalam pelarut tertentu .
         Sifat kesetimbangan diantara padatan ion yang sedikit larut dan ion-ionnya dalam larutan berair, dikenal dengan kesetimbangan kelarutan. Kelarutan zat terlarut diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya, biasanya dinyatakan dalam banyaknya mol zat terlarut per liter larutan jenuh. Seperti halnya kesetimbangan asam-basa, akan diketahui bahwa kesetimbangan kelarutan sangat dipengaruhi oleh kehadiran ion senama. Kesetimbangan kelarutan dari zat-zat terlarut tertentu juga dipengaruhi secara serentak oleh reaksi asam-basa. Inilah sebabnya, mengapa beberapa zat terlarut yang tidak larut dalam air mudah larut dalam larutan asam. Masih ada pula faktor lain yang dapat meningkatkan kelarutan zat terlarut, ialah pembentukan ion kompleks (Petrucci, 1987).
Kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem terjadi perubahan zat pereaksi menjadi hasil reaksi, dan sebaliknya.  Sebagai contoh :
                  AB + CD                                    AC + BD

Dalam kesetimbangan ini, terjadi reaksi AB dan CD menjadi AC dan BD, dan pada saat yang sama, AC dan BD bereaksi menjadi AB dan CD.  Akibatnya keempat zat dalam sistem itu jumlahnya mendekati konstan   (Syukri, 1999).
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sistem kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen, Yaitu :
1.                       Kesetimbangan homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai kesamaan fase, sehingga sistem yang terbentuk itu hanya memiliki satu fase.
2.                       Kesetimbangan heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih dari satu fase, sehingga sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu macam fase.
Dalam kimia terdapat hubungan antara konstanta kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut Hukum Kesetimbangan. Konstanta kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian antara zat hasil reaksi dibagi dengan perkalian konsentrasi zat pereaksi, dan masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (Syukri, 1999).
Rumus tetapan kesetimbangan yang menggambarkan kesetimbangan antara senyawa ion yang sedikit larut dengan ion-ionnya dalam larutan berair dinamakan tetapan hasil kali kelarutan, disingkat Ksp. Ksp yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing.

Senyawa
Ksp
MgCO3
3,5 x 10-8
PbCl2
1,6 x 10-5
PbI2
7,1 x 10-9
CaF2
2,7 x 10-11
Ba (OH)2
5 x 10-3
BaCO3
5,1 x 10-9
CaSO4
9,1 x 10-6
SrSO4
3,2 x 10-7
ZnS
1,0 x 10-21
MnS
2,5 x 10-13
Tabel 1. Tetapan Hasil Kali Kelarutan pada Suhu 25oC (Petrucci, 1987)
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut :
1.      Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing kurang dari nilai Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.
  1. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat jenuhnamun tidak terjadi endapan.
  2. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan.
(Syukri, 1999).
         Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat memasukkan zat kedalam pelarut sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang terlarut (Syukri, 1999).
Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara zat terlarut yang larut dan yang tak larut.  Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih.  Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan zat terlarut.  Lazimnya kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3 atau 100 gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan (Brady, 1999).
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer) dari pada larutan jenuh.  Dan suatu larutan lewat jenuh lebih pekat dibandingkan dengan larutan jenuh.  Suatu larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi.  Zat terlarut haruslah lebih banyak larut dalam dalam pelarut panas dari pada dalam pelarut dingin.  Jika tersisa zat terlarut yang belum larut, sisa itu disingkirkan.  Larutan panas itu kemudian didinginkan dengan hati-hati untuk menghindari pengkristalan (Brady, 1999).
Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan setimbang menanggapi peningkatan salah satu preaksinya dengan cara menggeser kesetimbangan dimana arah pereaksi tersebut dikonsumsi. Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan kehadiran senyawa lain yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama yang ditambahkan dalam larutan jenuh adalah menurunkan kelarutan, sedangkan pengaruh ion tak senama yang lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam, cenderung meningkatkan kelarutan (Petrucci, 1987).
Hubungan hasil kali kelarutan berlaku dengan cukup tepat untuk maksud analisis kuantitatif, hanya untuk larutan jenuh elektrolit yang sedikit dapat larut dan dengan sedikit penambahan garam lain.  Dengan hadirnya garam dalam konsentrasi yang sedang, konsentrasi ion dan kuat larutan akan bertambah.  Pada umumnya ini akan mengecilkan koefisien aktifitas kedua ion akibatnya konsentrasi ion dan kelarutan harus bertambah agar hasil kali kelarutan konstan.  Efek ini, yang paling kentara bila elektrolit tambahan itu tidak bersekutu ion dengan garam yang sedikit dapat larut, dapat disebut efek garam
Untuk garam yang sedikit larut (kelarutannya kurang dari 0,01 mol/dm3), adalah suatu fakta eksperimen bahwa perkalian konsentrasi-konsentrasi molekuler total ion-ion adalah konstan pada temperatur konstan. Hasil kali ini disebut hasil kali kelarutan 
Untuk garam yang sangat larut (misalnya  CaCl), konsentrasi ion dalam larutan air yang jenuh sangat tinggi sehingga larutan menjadi sangat tidak ideal. Ada banyak pengabungan ion – ion dalam larutan yang menghasilkan pasangan sementara ion dengan muatan yang berlawanan dan juga dalam kelompok yang lebih besar. Oleh karena itulah kita membatasi perhatian kita pada pasangan garam larut dan tidak larut (Oxtoby, 2001).
   Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut :
1.                  Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing- masing kurang dari nilai Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.
2.                  Apabila hasil kalli ion – ion yang dipangkatkan koefisiennya masing – masing sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tapat jenuh, namun tidak terjadi endapan.
3.                  Apabila hasil kali ion – ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan.
Hubungan antara kelarutan dengan Ksp yaitu Ksp dapat menentukan kelarutan dan kelarutan dapat pula dihitung dari tabel Ksp. Pengaruh ion senama, sejak ini larutan jenuh yang mengandung ion-ion yang berasal dari satu sumber padatan murni. Kelarutan senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan kehadiran yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama dalam kesetimbangan kelarutan adalah misalnya larutan yang jernih dengan penambahan sedikit larutan yang mengandung ion senama akan menurunkan kelarutan zat, dan kelebihan terlarut mengendap. Pengaruh ion senama lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam. Kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukan pasangan ion dalam larutan. Faktor yang lebih nyata dari pasangan ion adalah jika ion yang berperan serta dalam kesetimbangan kelarutan secara bersamaan terlibat dalam kesetimbangan asam basa atau ion kompleks. Maka nilai Ksp tergantung pada suhu (Administrator,2009).
III.    ALAT DAN BAHAN
A.  Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala 100 ml, erlenmeyer 100 ml, pipet volume (ukuran 5 m, 20 m, 25 ml), buret 50 mL, corong kaca.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan jenuh MgCO3, CaCO3, BaCO3, larutan standar HCl 0,001 M, larutan standar NaOH 0,001 M, indikator fenol merah.

IV.     PROSEDUR KERJA
1.      Sebanyak 25 ml larutan MgCO3 jenuh dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.
2.      Sebanyak 5 ml larutan HCl 0,001 M ditambahkan dengan menggunakan pipet gondok.
3.      Sebanyak 10 ml larutan NaOH 0,001 M ditambahkan dengan menggunakan pipet gondok.
4.      Buret yang akan digunakan dicuci dengan aquades lalu dikeringkan.
5.      Larutan standar HCl 0,001 M diisi ke dalam buret.
6.      Indiktor fenol merah ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
7.      Larutan dititrasi di dalam elenmeyer dengan larutan HCl 0,001 M dari buret   sampai tepat terjadi perubahan warna yang konstan.
8.      Titrasi dihentikan. Dicatat volume HCl yang diperlukan untuk titrasi.
9.      Titrasi diulangi sebanyak dua kali. Dirata-ratakan volume HCl yang digunakan.
10.  Prosedur yang sama dilakukan untuk larutan CaCO3 dan BaCO3.
B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini, bahan yang digunakan hanya MgCO3 , kalsium karbonat (CaCO3) dan BaCO3. Pada larutan jenuh MgCO3 dengan volume larutan jenuh sebanyak 20 ml, ditambahkan 1 mL HCl 0,001 M dan 10 mL NaOH 0,001 M dengan 2-3 tetes indikator fenol merah. Kemudian campuran ini dititrasi dengan larutan standar HCl. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali, sehingga volume larutan HCl rata-rata yang digunakan untuk titrasi adalah 8,8 mL denga perubahan larutan berwarna merah muda menjadi kuning muda akibat hasil dari dititrasi dengan larutan standar HCl sehingga menghasilkan menghasilkan perubahan warna tersebut. Perubahan warna ini disebabkan karena adanya reaksi antara indikator fenol merah dengan larutan HCl yang bersifat asam dan mempunyai kisaran pH < 7. Reaksi yang terbentuk dari titrasi diatas, yaitu :
Reaksi 1            :  MgCO3 + 2HCl ® MgCl2 + H2CO3
Reaksi 2            :  HCl + NaOH ® NaCl + H2O
Reaksi 3            :  NaOH + HCl ® NaCl + H2O

Dari percobaan reaksi di atas, dapat dicari kelarutan dari MgCO3, yaitu sebesar 7,6 x 10-5 mol/L dan dapat diketahui besarnya Ksp MgCO3 yaitu 57,8 x 10-10 M2.

Sedangkan pada larutan jenuh CaCO3 yang merupakan larutan yang tepat akan mengendap apabila di dalamnya ditambahkan padatan CaCO3 dimana padatan tersebut tidak akan larut dan membentuk endapan kembali. Kesetimbangan hasil kali kelarutan yang dilakukan pada percobaan CaCO3 dengan volume larutan jenuh sebanyak 25 mL yang ditambahkan dengan 5 ml larutan HCl 0,001 M dan ditambahkan lagi dengan NaOH 0,001 M 10 ml beserta indikator fenol merah sebanyak 3 tetes dititrasi dengan HCl baku dari buret hingga menghasilkan warna dari yang berwarna merah muda menjadi warna kuning muda Rata-rata volume HCl yang dihasilkan untuk titrasi  adalah sebanyak 9,5 mL. Perubahan warna tersebut diakibatkan karena perubahan pH larutan campuran yang sebelumnya lebih bersifat basa, namun setelah dititrasi dengan HCl, pH larutan menjadi berubah. Pada penambahan HCl kedalam larutan CaCO3 jenuh terjadi reaksi, dalam hal ini HCl yang ditambahkan  berlebihan, karena belum diketahui berapa Ca2+ yang ada dalam larutan .
Pada percobaan kali ini cara kerja larutan CaCO3 sama dengan cara kerja larutan MgCO3. Reaksi yang terbentuk dari titrasi larutan CaCO3, yaitu :
CaCO3 + 2 HCl → CaCl2 + H2CO3
HCl + NaOH → NaCl + H2O
NaOH + HCl → NaCl + H2O

Dari data yang diperoleh dapat ditentukan besarnya kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan pada MgCO3 dan CaCO3. Besarnya hasil kali kelarutan MgCO3 yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 57,8 x 10-10 M2 dan besar hasil kali kelarutan CaCO3 adalah sebesar 9 x10-5 mol/L dan dapat diketahui besarnya Ksp CaCO3 yaitu 81 x10-10 M2.
Dari hasil perhitungan yang ada mungkin ada terjadi sedikit kesalahan, kesalahan ini seringkali karena kurang telitinya praktikan dalam pembacaan volume pada buret, kurang tepatnya dalam mengamati perubahan warna pada proses titrasi serta kurang teliti dalam penambahan antara larutan yang satu dengan yang lain.
 Dari data yang telah didapat dalam perhitungan di atas  bahwa Ksp CaCO3 dan MgCO3 nilainya jauh lebih kecil dari nilai Ksp teoritisnya  Perbedaan hasil percobaan dengan literatur memang sering terjadi.  Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya maka diperlukan ketelitian dalam melakukan praktikum ini.


VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Hasil kali kelarutan adalah nilai dari perkalian ion-ion dalam larutan dimana pada suhu tertentu terjadi keseimbangan antara ion-ion tersebut dengan padatan.
2. Besarnya hasil kali kelarutan MgCO3 yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah 57,8 x 10-10 M2.
3.  Hasil kali kelarutan (Ksp) MgCO3 pada percobaan ini adalah 57,8 x 10-10 M2.
4. Besarnya hasil kali kelarutan CaCO3 yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah 9 x10-5 mol/L.
5. Hasil kali kelarutan (Ksp) CaCO3 pada percobaan ini adalah 81 x10-10 M2.
6. Hasil kali kelarutan dipengaruhi oleh suhu, semakin besar suhu semakin besar pula Kspnya.
7. Kelarutan dari MgCO3 lebih kecil dari kelarutan CaCO3. Hal ini dikarenakan konsentrasi MgCO3 lebih kecil dari konsentrasi CaCO3, sehingga larutan HCl yang digunakan untuk mentitrasi MgCO3 lebih kecil daripada CaCO3.       


DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi kelima jilid 1. Binarupa Aksara : Jakarta.

Oxtoby david w,dkk .2001.Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Erlangga, Surabaya
Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta


Syukri. 1999. Kimia dasar 2. ITB: Bandung.

Laporan Praktikum : SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

1 komentar
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN


I.                   TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah memahami pengaruh keberadaan suatu zat terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih suatu larutan untuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.


II.                            TINJAUAN PUSTAKA
Sifat  koligatif  larutan  adalah  sifat  larutan  yang  tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit (Oxtoby, 2001).
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu berbeda dari pelarut murni. Terdapat empat sifat fisika yang penting, yang berubah secara perbandingan lurus dengan banyaknya partikel zat terlarut yang terdapat, yaitu :
1.    Tekanan uap.
2.    Titik beku.
3.    Titik didih.
4.    Tekanan osmotik (Keenan, 1992).
1.      Penurunan tekanan uap jenuh
Pada semua suhu, suatu zat cair selalu mempunyai tekanan uap tertentu yang disebut dengan tekanan uap jenuh. Penambahan sedikit zat terlarut akan mengurangi tekanan uap pelarut tersebut. Hal ini bisa dimaklumi karena zat terlarut tersebut menghalangi atau mengurangi bagian dari pelarut sehingga kecepatan penguapannya berkurang (Petrucci, 1987).
Penurunan tekanan uap bisa dihitung dengan Hukum Roult :
P = Po .  XB
dimana P = tekanan uap jenuh larutan; Po = tekanan uap jenuh pelarut murni; XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diturunkan :
P = Po . (1 - XA)
P = Po - Po . XA
Po - P = Po . XA
Sehingga :
ΔP = Po . XA
dimana XA = fraksi mol zat terlarut (Anonim2, 2009).
2.      Penurunan titik beku
Penurunan titik beku, ΔTf .  bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik bekularutan.  Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku :
ΔTf = (titik beku pelarut – titik bekularutan) =  Kf .  m
dimana m ialah molaritas larutan. 
Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal, penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf  yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu.  Nilai numerik Kf adalah khas pelarut itu masing-masing (Anonim3, 2003).
3.      Tekanan osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmotik) seperti ditunjukkan pada :
Menurut Van’t hoff tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmosis = Π , maka :
rm48
Ï€° = tekanan osmosis (atmosfir)
C   =
konsentrasi larutan (M)
R   = tetapan gas universal.  = 0,082 L.atm/mol K
T   = suhu mutlak (K)
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain disebut larutan hipotonik. Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan hipertonik. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut isotonik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit  di  dalam  pelarutnya  mempunyai  kemampuan  untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama (Anonim1, 2009).

III.             ALAT DAN BAHAN
A.    ALAT
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas beker besar 500mL, gelas beker 1000 mL, pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik dan termometer.
B.  BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sikloheksana, larutan contoh dan es batu.

IV.                         PROSEDUR KERJA
4.1                           Menentukan Titik Beku Pelarut
1.         Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan dengan menggunakan kain atau kertas tisu.
2.         Berat tabung reaksi dalam keadaan kosong ditimbang dan dicatat dengan menggunakan neraca analitik.
3.         20 ml sikloheksana dimasukkan ke dalam tabung reaksi, selanjutnya ditimbang.  Lalu tabung reaksi tersebut ditutup dengan sumbat.
4.         Es batu disiapkan di dalam gelas piala, ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi dibanding tinggi larutan dalam tabung reaksi.
5.         Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi sikloheksana. Jika memungkinkan, tabung reaksi ditutup dengan sumbat yang memiliki lubang.
6.         Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker. Dicatat  suhu awal larutan sebelum tabung reaksi dimasukkan. 
7.         Sikloheksana diaduk perlahan dalam tabung reaksi dengan menggunakan pengaduk gelas.
8.         Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicatat setiap 10 detik
9.         Pengamatan dilakukan  selama 8 menit.
4.2                          Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
1.      Prosedur yang sama dilakukan untuk menentukan titik beku pelarut,  hanya isi tabung reaksi diganti dengan larutan contoh
2.      Alat percobaan disusun :

5.3        Pembahasan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Larutan yang terlalu pekat mempunyai ion yang terlalu rapat dan berdesakkan atau jarak yang satu dengan yang lainnya relatif sangat dekat sehingga ion dalam larutan sulit untuk bergerak, sedangkan larutan yang sangat encer mengandung ion yang sangat sedikit dan jarang jarak antara yang satu dengan yang lain relatif jauh, sehingga ion mudah bergerak dalam larutan.
1.  Menentukan titik beku pelarut
Pada praktikum yang telah kami lakukan, kami mengukur titik beku pelarut dan larutan serta menentukan massa molar. Pada larutan sikloheksana, suhu awalya adalah 30oC, kemudian mengalami penurunan suhu pada 10 detik pertama yaitu dari 30oC menjadi 29oC dan seterusnya hingga mencapai nilai kestabilan atau konstan yaitu sebesar 5oC pada detik ke-270. Suhu ini tetap sampai menit ke-8. Hal ini menunjukkan bahwa titik beku dari larutan sikloheksana adalah 5oC karena tidak mengalami penambahan dan penurunan suhu lagi. Pada saat diaduk selama 8 menit, larutan sikloheksana menjadi beku dan terbentuk kristal-kristal kecil seperti salju yang terdapat pada larutan dan tabung reaksinya Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut dan larutan contoh sebagai zat terlarut. Sikloheksana akan mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya. 
2.   Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
Pada larutan contoh, suhu awalnya adalah 30oC. Pada 10 detik pertama terjadi penurunan suhu menjadi 27oC. Pada saat  detik ke-390, suhunya menjadi stabil dan konstan yaitu sebesar -1oC. Suhu ini tetap sampai menit ke-8. Ini menunjukkan suhu -1oC adalah titik beku larutan contoh.
Dari percobaan di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari grafik, yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga suhu konstan pada masing-masing larutan akan ditarik garis lurus seperti pada grafik yang menunjukkan titik beku kedua larutan. Disini dapat dilihat bahwa titik beku larutan contoh lebih rendah dari titik beku pelarut. Perbedaan titik beku antara kedua larutan itu disebut penurunan titik beku.
Dari seluruh data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya penambahan jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya.  Perbedaan ini terjadi karena suhu pendinginan yang tidak konstan. Hal ini dikarenakan ketika termometer ditarik ke atas / keluar dari tabung reaksi untuk mengetahui suhu larutan maka suhunya telah terpengaruh oleh suhu luar.
Dalam percobaan ditemukan bahwa penurunan titik beku sebanding dengan molaritas dari zat terlarut dalam larutan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil percobaan.
Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan dibandingkan dengan pelarut murni berbeda, dikarenakan keberadaan suatu zat  non volatil dalam pelarut akan menyebabkan terjadinya penurunan kecendrungan zat pelarut tersebut untuk berubah fase uapnya. Akibatnya tekanan uap pelarut dalam larutan tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni.

V.         KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1.      Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut.
2.      Sifat koligatif dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut dalam suatu zat pelarut.
3.      Penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi zat terlarut.
4.      Titk beku sutu zat terlarut dapat diketahui dengan penurunan zat pelarut.
5.      Besar berat molekul suatu senyawa bergantung pada titik beku larutan dan titik beku pelarut.




DAFTAR PUSTAKA


Anonim1. 2009. Sifat koligatif larutan
diakses pada tanggal 15 Nopember 2009

Anonim2. 2009. Penurunan titik uap
diakses pada tanggal 15 Nopember 2009

Anonim3. 2003. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. UGM : Yogyakarta

Keenan, dkk. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Erlangga : Jakarta.

Oxtoby, David W, dkk. 2001. Prinsip – Prinsip Kimia Modern. Erlangga : Surabaya.

Ralph H, Pettrucci. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern jilid 1. Erlangga: Jakarta


Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB: Bandung.

Kamis, 04 Juli 2013

Cara Alami Mengobati Flu

0 komentar

Penyakit flu memang salah satu jenis penyakit yang paling menjengkelkan, terlebih saat kita mau tidur. Ini akan sangat menyiksa sekali. Sebenarnya banyak sekali obat flu yang telah dijual bebas di toko-toko langganan anda, namun seperti biasanya bagi anda yang lebih menyukai metode penyembuhan secara alami, maka disinilah tempat yang tepat untuk anda menambah wawasan dalam mengobati berbagai penyakit secara alami.

Cara Alami Mengobati Flu kali ini dengan menggunakan bawang merah. Seperti kita ketahui bersama bahwa bawang merah telah lama menjadi bagian dari obat alami keluarga. Hal ini terlihat dari penggunaan bawang merah untuk menghangatkan tubuh bagi bayi anda. Kandungan yang terdapat dalam bawang merah mampu melawan influenza yang menyerang tubuh. Bawang merah mempunyai kandungan senyawa sulfur dan quercetin yang merupakan antioksidan untuk tubuh. Kandungan ini banyak tersimpan dalam minyak esensial atau astiri. Sulfur dan quercetin sangat efektif menetralisir racun yang masuk kedalam tubuh.

Senyawa lain yang terkandung dalam bawang merah adalah jenis mineral seperti kalsium, magnesium, natrium, kalium, selenium dan fosfor. Dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli farmasi, senyawa sulfur menunjukan kemampuan  mengatasi gangguan dalam saluran  pernapasan. Selain Penyembuhan Alternatif Pada Batuk dengan Daun Saga, bawang merah mampu meberikan dan memfasilitasi pencairan dahak pada penderita batuk parah maupun flu berat. Selain itu kandungan yang terdapat dalam bawah merah juga mampu menambah daya tahan dan meningktakan energi positif dalam tubuh. 

Cara Alami mengobati flu yang bisa dilakukan biasanya dengan cara memakannya yang sebelumnya telah dibakar dulu. Setelah dibakar beberapa saat, bawah merah dikupas lalu dipotong-potong kemudian digunakan sebagai campuran dalam makan atau juga dimakan bersama telur dadar. Selain dengan cara ini, cara lain dalam menagkal flu yang bisa dilakukan yaitu dengan meletakkan irisan bawang merah dalam piring di  ruangan rumah. Ketika irisan dalam wadah yang ditempatkan dalam ruangan, permukaan bawang merah akan cepat menyerap virus atau bakteri yang berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Selain sebagai penyembuhan alternatif untuk mengobati flu, bawang merah juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan penyakit lainnya, yaitu :

1. membunuh Kuman di Mulut.
·       Kupas bawah merah kemudian cuci sampai bersih.
·       Kunyah bawah merah mentah tersebut selama 2 sampai 3 menit
2. Mengobati Jerawat
·       Ambil 3-5 siung bawang merah yang telah dikupas dan dibersihkan
·       Tumbuk hingga halus kemudian campur dengan madu atau minyak zaitun
·       Oleskan pada bagian yang berjerawat dan diamkan beberapa saat.
·       Besihkan bagian yang berjerawat dengan air hangat
3. Mengobati Batuk
·       Ambil 5-7 siung bawang merah kemudian kupas dan cuci bersih
·       Haluskan dengan cara dijus menggunakan blender
·       Tambahkan 1 sendok teh madu
·       Minum ramuan ini 2 kali sehari.

Nah, itulah tadi beberapa kegunaan bawah merah yang bisa digunakan sebagai obat herbal dalam penyembuhan alternatif pada berbagai penyakit yang menyerang tubuh. Semoga bermanfaat.

 

Silver's Story Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template