Rabu, 12 Juni 2013

Mir dan Thunder MBLAQ membicarakan tentang penampilan saudara perempuan mereka

0 komentar

Mir dan Thunder MBLAQ keduanya memiliki saudara perempuan dalam industri hiburan, tetapi mereka berdua memiliki pandangan yang sangat berbeda terhadap saudara mereka.

Pada tanggal 10 Juni acara “Beatles kode 2”, Thunder ditanya apakah dia berpikir saudara perempuannya, Dara 2NE1, itu cantik. Dia menjawab, “ ketika aku melihatnya di rumah, saya tidak berpikir dia cantik. Tapi ketika dia berada di atas panggung dengan yang lain, saya pikir dia benar-benar cantik”. MC bercanda, “ Apa kamu mengatakan selebriti perempuan yang lain jelek? Seperti Girls 'Generation?”. Thunder dengan cepat menyanggah pernyataannya sendiri dan mengatakan, “Maksudku dia begitu cantik bahkan di antara orang-orang yang cantik, aku menyadari dia sangat cantik”. 

Namun, Mir justru berpikir sebaliknya untuk saudara perempuannya aktris Go Eun Ah, dia berkata, “Kakakku adalah yang terburuk dari yang terburuk”. Ketika MC mengulangi apa yang dia katakan, dia menekankan, “Yang terburuk dari yang terburuk dari yang terburuk! Bahkan ketika ibuku melihat kakakku di rumah, dia berkata, “Ada hobo di sana”.


Namun, Seungho tetap memilih Go Eun Ah sebagai perempuan yang mendekati dengan tipe idealnya, dan Lee Joon mengatakan ia akan memilih Dara dari keduanya. Untuk G.O, dia memilih Dara karena dia sudah terlalu sering bertemu Go Eun Ah dan seluruh keluarga Mir.




Selasa, 11 Juni 2013

Girls Generation Terlihat Cantik dalam Balutan Pink untuk World Tour Press Conference

0 komentar

Pada 9 juni, konferensi pers untuk konser 2013 Girls’ Generation World Tour – Girls & Peace in Seoul Concert digelar yang dihadiri oleh kesembilan member Girls generation. Girls generation mengambil waktu untuk menjawab pertanyaan, berpose untuk foto dan bertukar pemikiran tentang tour dunia mendatang. Mereka juga menampilkan single jepang terbaru mereka, Love & Girls selama konferensi pers berlangsung. Telah dilaporkan bahwa banyak penggemar di korea maupun di luar negeri datang untuk melihat dan mendukung kelompok ini. Tur dunia ini dimulai pada bulan februari di tujuh kota yang berbeda di jepang. Girls generation sejauh ini telah melakukan sebanyak 20 konser dan mengumpulkan penonton dengan total 200.000 orang. Setelah mereka menyelesaikan konser di seoul, Girls generation akan berangkat ke negara asia lainnya, amerika serikat serta amerika selatan.

Periksa foto dari konferensi pers berikut!













Eye Candy: Males with the "Best Aegyo"

0 komentar
While performances may have occasions where male idols go shirtless, we also can't resist their cuteness overload - their aegyo!

From their bbhuing bbhuing to their puffy cheeks, their irresistible aegyos never fail to melt our hearts.  

Here are some male idols who made it to the list in our aegyo edition of Eye Candy! 

#1 Big Bang's Seungri

#2 B2ST's Yoseob

#3 Boyfriend's Minwoo

#4  2PM's Nichkhun 

#5 B1A4's Gongchan

#6 Super Junior-M's Henry

#7 JJ Project's JR

#8 SHINee's Taemin

 #9 INFINITE's Woohyun

#10 B.A.P's Himchan 



Senin, 10 Juni 2013

Indonesia Menjadi Destinasi Wisata Terbaik 2013 versi Zoover.nl

0 komentar
Situs penyedia informasi akomodasi wisata Belanda, Zoover.nl, menobatkan Indonesia sebagai "The 2013-Best Holiday Destination Outside Europe." Penobatan ini didasarkan hasil polling internet dari situs Zoover.nl sendiri yang melibatkan 150 ribu pemilih. Dalam polling ini, ada beberapa kategori lain, seperti tour operator, maskapai penerbangan, serta hotel terbaik.

Dalam acara Zoover.nl Awards di Amsterdam, pada Senin, 22 April 2013, dilakukan penyerahan award yang diterima oleh Mrs. Susan van Egmond, selaku Country Manager dari Visit Indonesia Tourism Office (VITO). Penyerahan award dan berita menggembirakan ini diumumkan pula di www.zooverawards.nl, VITO press release, dan KBRI Den Haag (www.indonesia.nl).
Hasil polling menunjukkan alasan utama memilih Indonesia adalah karena mereka tertarik dengan keanekaragaman budaya, kekayaan alam, dan bentang alam Indonesia yang memesona. Sebagai negara kepulauan terbesar dengan lebih dari 17.000 pulau, dihuni lebih dari 200 etnis yang berbeda adat, budaya, dan bahasanya, jelas banyak sekali daya tarik wisata yang ditawarkan oleh Nusantara. Setiap tahunnya, sekira 155.000 wisatawan Belanda memilih Indonesia sebagai tujuan berlibur, dimana Bali sebagai destinasi paling popular.

Situs zoover.nl adalah situs terbesar yang menyediakan informasi akomodasi wisata di luar Belanda. Situs ini menyediakan info wisata di 24 negara dengan 280 ribu pilihan akomodasi serta 43 ribu tujuan wisata di berbagai belahan dunia. Sampai saat ini, situs wisata independen ini telah diakses sekira 2 juta pengguna internet.

Wisatawan asal Belanda sendiri banyak mengunjungi beragam destinasi di Indonesia. Beberapa yang menjadi favorit adalah Yogyakarta, Bali, Bandung, Semarang, Surabaya, Bromo, dan lainnya. Beberapa dari mereka ingin melihat sendiri keindahan alam Nusantara dan yang lainnya karena memiliki ikatan sejarah dulunya.


Source : http://greatindonesia.com/news/detail/257/Indonesia-Menjadi-Destinasi-Wisata-Terbaik-2013-versi-Zoover.nl

Niluh Djelantik: Sepatu Lokal yang Dipakai Selebritas Dunia

0 komentar
Bagi para wanita penggemar sepatu, nama Niluh Djelantik berarti sebuah kenyamanan. Sebuah merek sepatu produk dalam negeri yang telah berkiprah di industri mode dunia.
Cinta Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik terhadap sepatu, terutama hak tinggi aliashigh heels membuat karyanya mendapat tempat istimewa.
Semua berawal dari cinta. Sejak kecil, Niluh memang menaruh perhatian lebih pada alas kaki karena Niluh kecil tak penah mendapat sepatu yang pas. Sebagai orangtua tunggal, ibu Niluh berjuang agar bisa menyekolahkan putrinya di tempat terbaik.
“Mama lebih fokus pada pendidikan, jadi [sepatu] harus diganjel sama kain karena dua atau tiga ukuran lebih besar,” kenang Niluh.
Kadang, sepatu Niluh keburu rusak atau berlubang saat ukuran mulai pas di kaki. Kesederhanaan itulah yang membuat Niluh berangan-angan untuk memiliki sepatu yang pas di kaki.
“Ma, nanti kalau aku sudah gede, sudah bisa kerja sendiri, aku beli sepatu yang pas deh,”ungkap Niluh kepada sang ibu.

Setamat SMA,  Niluh meneruskan pendidikan di Jakarta sesuai dengan keinginan ibunya. Ia kuliah di manajemen keuangan Universitas Gunadarma mulai 1994.
Setahun di Jakarta, Niluh belajar mencari kerja agar bisa mandiri. Pekerjaan pertamanya adalah operator telepon di sebuah perusahaan tekstil asal Swiss.
Mulai berpenghasilan, Niluh teringat hasratnya memiliki sepatu yang pas di kaki. Gaji pertama didapat, ia langsung membeli sepatu di kawasan Blok M, Jakarta.
Sepatu bertumit tinggi menjadi pilihan karena Niluh bekerja kantoran. Harganya Rp 15.000 disesuaikan dengan kantong Niluh saat itu. “Sepatu pertama saya yang pas di kaki, gak nyaman dipakai,” ungkapnya.
Seiring membaiknya kondisi keuangan, Niluh mampu mendapatkan sepatu impian yang nyaman di kaki dan pas di hati.
Kemesraan Niluh di Jakarta buyar pada akhir 2001. Garangnya kriminalitas Ibu Kota menyergap perempuan kelahiran 15 Juni 1975 ini pada suatu senja di Bilangan Senen. “Nggak diapa-apain sih, cuma rasa takut itu sangat ada,” ujar Niluh.
Rasa takut yang membuat Niluh meninggalkan karier di Jakarta. Apalagi sang Ibu juga memintanya untuk kembali ke tanah kelahiran.
Di Bali, Niluh kembali mendapatkan pekerjaan di perusahaan fashion milik pengusaha Amerika Serikat, Paul Ropp. Niluh dipercaya  untuk memegang kendali sebagai Direktur Marketing. Kerja kerasnya berbuah sukses, Paul Ropp berkembang pesat. Di tahun pertama yakni 2002, penjualan naik hingga 330%. Butik bertambah hingga 10 lokasi.
Tapi, hasrat pembaca setia novel-novel karya John Grisham ini tak pernah lepas dari alas kaki. Terlebih saat ibunya menawarkan sebuah pabrik kecil milik temannya yang hendak bangkrut.“Kenapa kamu nggak bantu Bapak ini memasarkan sandal beliau,” jelas Niluh menirukan permintaan Ibu.
Namun, Niluh terpaksa menolak karena ingin lebih berkonsentrasi bersama Paul Ropp. “Rencana itu tertunda.”
Perjalanan bersama Paul Ropp tak berlangsung lama. Pekerjaan marketing harus ditinggalkan karena Niluh jatuh sakit saat tengah berada di New York pada awal 2003.
Dokter meminta Niluh tak berpergian jauh sekurangnya dalam enam bulan. Padahal, profesinya menuntut Niluh untuk terbang ke sejumlah negara. “Dibuat mikir lagi,” lanjut Niluh, “Harus memutuskan tinggal di Bali atau New York.”
Niluh memutuskan kembali ke Bali, Niluh benar-benar terobsesi oleh “kekurangan” dia  di masa lalu. Pada saat itu pula, Niluh bertemu Cedric Cador. “Kita bertemu, jatuh cinta.” Peluang pun tercipta karena Cedric memang terbiasa memasarkan produk Indonesia di Eropa.
Prinsipnya bahwa tiap perempuan seharusnya bisa memakai sepatu dengan tumit setinggi 12 cm dengan nyaman akhirnya melahirkan produk sepatu bernama Nilou, yang tak lain adalah slang lafal Niluh di lidah bule. “Otomatis lahirnya dari cinta.”
Niluh fokus mendesain sepatu-sepatu cantik berbahan dasar kulit. Semua dikerjakan tangan agar kualitas tetap terjaga.
Di awal pendirian, Niluh membutuhkan waktu hingga 2 bulan untuk menyelesaikan satu desain sepatu. Alokasi waktu paling lama untuk berdiskusi dengan pengrajin. Biasanya, Niluh menunjukkan sepatu mahal koleksinya ke tukang. “Saya tanya ke mereka, bisa nggak bikin yang lebih bagus dari ini,” kata penggemar alas kaki karya Manolo Blahnik dan Christian Louboutin ini.
Untuk membedakan dengan produsen sepatu lainnya, Nilou fokus ke pembuatan sepatu dengan tumit antara 10 cm hingga 12 cm. Menurut Niluh, sepatu tumit tinggi yang baik adalah sepatu yang tetap nyaman dipakai meski sudah dipakai selama 8 jam, bukan 10 menit.
Itu sebabnya, Niluh begitu peduli pada proses pembuatan. Satu tukang, jelas dia, bertanggung jawab untuk menyelesaikan sepasang sepatu. Dari memotong bahan, menjahit, hingga membentuk hak sepatu. Tak masalah jika dalam satu hari workshop-nya hanya bisa memproduksi satu pasang sepatu. Sebab, kualitas produk jauh di atas kuantitas.
“Kalau saya melihat lima pasang sepatu yang berjajar di etalase, saya tahu siapa pembuat masing-masing sepatu itu,” kata Niluh. Sebab, antara satu tukang dan tukang lain memiliki gaya yang berbeda, meski hal itu hanya akan tampak di mata Niluh seorang.
Tak disangka, koleksi pertama Nilou langsung booming di Prancis. Pesanan pun membanjir. Hingga 4.000 pasang. Pada 2004, Ni Luh mendapatkan kontrak outsource dari jaringan ritel Topshop yang berpusat di Inggris. Pintu perdagangan ke Eropa kian terbuka lebar.
Di tahun yang sama, seorang perempuan berkewarganegaraan Australia berkunjung ke gerai Nilou di kawasan Seminyak, Bali. Perempuan yang kemudian dikenal dengan nama Sally Power ini mengaku terkesan dengan sepatu Nilou dan menawarkan diri untuk menjadi distributor di Negeri Kanguru.
Nilou semakin tenar. Pada saat bersamaan, desainer-desainer internasional yang berproduksi atau mencari inspirasi di Bali ikut memakai produk Nilou. Dari situlah Niluh memulai hubungan profesional mendesainkan sepatu untuk perancang-perancang busana dunia seperti Nicola Finetti, Shakuhachi, Tristanblair, dan Jessie Hill.
Sejumlah selebriti Hollywood papan atas, seperti Uma Thurman, supermodel Gisele Bundchen dan Tara Reid, dan Robyn Gibson (mantan istri Mel Gibson) merupakan sebagian perempuan yang fanatik memakai sepatu Nilou.
Sepatu made in Bali ini kini dipajang di ratusan etalase di 20 negara di dunia, selain di kantor pusat Nilou di Denpasar. “Kalau Uma beli sepatu Nilou di Saint Barth.” bisik Ni Luh, merujuk ke sebuah pulau kecil di Kepulauan Karibia.
Kalau di awal pendirian Niluh hanya mampu memproduksi 3 pasang sepatu, itupun hanya barang pajangan, Nilou memiliki kapasitas produksi hingga 200 pasang sepatu per bulan.
Dahulu, hanya memiliki dua karyawan, Nilou dibantu 22 karyawan dan 3 asisten kepercayaan. Jika toko pertamanya jauh dari kesan eksklusf dengan tembok kusam, dan berdinding anyaman bambu (gedhek), Nilou telah membuka 36 butik di 20 negara.
Niluh mengakui inspirasi merancang sepatu didapat dari mana saja, baik pada saat sedang membaca buku favorit yang membahas arsitektur dan interior desain maupun ketika berada di Niluh Djelantik atelier bersama para pembuat sepatu.
Ide-ide yang muncul ini biasanya langsung Niluh berikan konsepnya kepada sang shoes maker dan mereka langsung menerjemahkannya menjadi sepasang sepatu yang cantik.
Sepatu-sepatunya kebanyakan memakai bahan baku kulit asli, dikombinasikan dengan karung goni, kuningan, kayu, hingga manik-manik. Atas nama eksklusivitas, Nilou menghargai sepasang sepatunya hingga Rp 4 juta. Omzet perusahaan yang diraih pun terbilang besar, mencapai Rp 800 juta untuk setiap bulan.
Di tengah kesuksesan, cobaan kembali datang. Pada 2007, Niluh mendapat tawaran dari agen di Australia dan Prancis untuk melebarkan sayap. Nilou diproduksi secara massal di Cina dengan iming-iming sejumlah besar saham.
Dengan tegas, Niluh menolak. Dia tak ingin cintanya yang melekat setiap pasang sepatu yang dihasilkan dari workshopnya tergantikan oleh mesin atas nama kapitalisme. “Saya tak mau apa yang dibina dari nol dibawa ke luar negeri. Berkah dari Tuhan kembali ke anak-anak [pengrajin],” kilas Niluh.
Namun, keputusan itu harus menjadi pil pahit. Nilou yang sudah mendunia ternyata sudah didaftarkan pihak lain. Penolakan Niluh tak membuat bergeming. Kongsi pecah. “Mereka tetap jalan dengan mass production bermerek Nilou berbasis di Cina,” ujar Niluh.
Karena alasan itu pula, dia terpaksa membunuh Nilou, brand yang lahir dan tumbuh dari cintanya. Niluh kembali ke belakang layar dengan berkonsentrasi memproduksi sepatu untuk desainer asing. “Yang penting mesin jahit tetap jalan, anak-anak tetap bareng aku, kita gak misah.”
Tak ingin terlalu lama tenggelam dalam kegamangan, Niluh kembali mencoba peruntungan di bisnis sepatu. Kali ini ia berjuang sendiri.
Awal 2008, pecinta shopping dan travelling ini kembali membangun usahanya dengan memproduksi sepatu bermerek “Niluh Djelantik”. Agar tak terulang, brand Niluh Djelantik langsung dipatenkan.
Setahun kemudian high heels buatannya sudah melanglang buana kembali di berbagai negara Eropa, Australia dan Selandia Baru. “Julia Robert memakai produk saya, ketika pembuatan film ‘Eat Pray Love’ di Bali kemarin,” ujar Niluh.
Label baru ini bahkan telah menembus Globus Switzerland pada 2011, yang merupakan salah satu retailer terkemuka di Eropa. Sepatu-sepatu ini mulai dipasarkan pada musim panas 2012. Niluh belum lama ini juga bekerja sama dengan retailer terkemuka untuk membuka Niluh Djelantik di Rusia.
Atas kerja kerasnya, Niluh meraih Best Fashion Brand & Designer The Yak Awards in 2010. Dinominasikan sebagai Ernst & Young for Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women 2012 Awards. Sebagai persembahan bagi pecinta high heels, Niluh membuka butik Niluh Djelantik seluas 250 meter persegi di Bali pada pertengahan Maret 2012.
Kisah jatuh bangun bersama high heels dikubur dalam-dalam dan menjadi pembelajaran untuk bangkit bersama Niluh Djelantik. Dia tak pernah menyesali keputusan menolak dan membenamkan Nilou. Keputusan yang memiliki dua konsekuensi, yakni bangkrut karena melawan perusahaan yang lebih besar atau justru berhasil.
“Meski keberhasilan itu tidak semata-mata dinilai dengan uang,” tegas Niluh. Tak terbilang siapa saja pesohor dunia yang memakai Niluh Djelantik, “Karena semua wanita pemakai [sepatu] Niluh Djelantik adalah selebritis buat saya,”
Niluh Djelantik, bagi ibu satu anak ini, bukan lagi sekadar sebuah merek atau butik. Keseharian di factory, butik, hingga hubungan klien sudah seperti keluarga besar. Ada kebahagiaan saat seorang wanita merasa nyaman memakai Niluh Djelantik.
Jauh di lubuk hati, cita-cita untuk terus mengibarkan Niluh Djelantik di kancah internasional terus dipupuk, namun dengan tetap menjaga eksklusivitas. Yang pasti, ekspansi ke negara lain tak akan mengubah prinsip awal Niluh Djelantik yakni ‘dibuat dengan cinta’.

Kamis, 06 Juni 2013

Pasar Terapung Muara Kuin, Kalimantan Selatan

0 komentar
Pasar Terapung Muara Kuin adalah Pasar Tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah shalat Subuh sampai selepas pukul 07:00 pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Suasana dan kegiatan pasar
Dengan menyaksikan panoramanya, wisatawan seakan-akan sedang tamasya. Jukung-jukung dengan sarat muatan barang dagangan sayur mayur, buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga tersedia di pasar terapung. Ketika matahari mulai muncul berangsur-angsur pasar pun mulai menyepi, sang pedagang pun mulai beranjak meninggalkan pasar terapung membawa hasil yang diperoleh dengan kepuasan.
Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.Para pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka.
Potensi wisata
Obyek wisata ini sering dianggap sebagai daya tarik yang fantastik, Banjarmasin bagaikan Venesia di Timur Dunia, karena keduanya memiliki potensi wisata sungai. Namun kedua kota berbeda alam dan latar belakang budayanya. Di Banjarmasin masih banyak ditemui di sepanjang sungai rumah-rumah terapung yang disebut rumah lanting, yang selalu oleng dimainkan gelombang.
Daerah Kuin merupakan tipe permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai (waterfront village) yang memiliki beberapa daya tarik pariwisata, baik berupa wisata alam, wisata budaya maupun wisata budaya. Kehidupan masyarakatnya erat dengan kehidupan sungai seperti pasar terapung, perkampungan tepian sungai dengan arsitektur tradisionalnya. Hilir mudiknya aneka perahu tradisional dengan beraneka muatan merupakan atraksi yang menarik bagi wisatawan, bahkan diharapkan dapat dikembangkan menjadi desa wisata sehingga dapat menjadi pembentuk citra dalam promosi kepariwisataan Kalimantan Selatan. Masih di kawasan yang sama wisatawan dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan Komplek Makam Sultan Suriansyah, pulau Kembang, pulau Kaget dan pulau Bakut. Di Kuin juga terdapat kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.
Kini pasar terapung Kuin dipastikan menyusul punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar di atas air.
Kepunahan pasar tradisional di daerah "seribu sungai" ini dipicu oleh kemaruk budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau mobil.

Source : http://banjarmasinkota.go.id/wisata/objek-wisata/pasar-terapung.html

Green Canyon Indonesia

0 komentar
O

byek Wisata Green Canyon Pangandaran terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Nama Green Canyon Pangandaran konon berasal dari wisatawan Perancis yang datang sekitar tahun 90-an. Ia terpesona dengan dinding serta sulur-sulur berwarna hijau yang terbentang di sepanjang tebing sungai dan ketenangan air sungai yang bening dan bewarna hijau tosca. 
Ia pun kemudian menyebut daerah tersebut dengan sebutan Green Canyon Pangandaran karena terinspirasi dengan objek wisata alam terkenal Grand Canyon yang ada di Colorado, Amerika Serikat. Untuk menikmati keindahan Sungai Cijulang Green Canyon Pangandaran, kita dapat menyewa perahu motor yang digunakan untuk menyusuri alur sungai hingga sampai ke mulut Green Canyon Pangandaran. Selama menyusuri sungai, Anda akan disuguhi pemandangan spektakuler dari dinding-dinding tebing yang memercikkan air layaknya air terjun mini.
Semakin ke dalam, warna air akan terlihat semakin hijau tosca. Perjalanan Anda di Green Canyon Pangandaran akan berujung di mulut gua batu yang merupakan tempat pemberhentian perahu. Bila tertarik menikmati keindahan gua, Anda bisa masuk ke dalam gua yang terbuka. Di dalamnya, Anda akan menyaksikan pemandangan stalatit dan stalakmit yang cantik yang diiringi merdunya suara percikan-percikan air terjun mini. 

Untuk menuju ke dalam gua yang ada di Green Canyon Pangandaran, idealnya Anda bisa berenang karena Anda harus menyeberangi air sungai yang lebih mirip kolam renang terbuka. Namun, jangan khawatir, bila tidak bisa berenang karena Anda bisa menyewa ban yang memang sengaja disewakan oleh penduduk.

 

Silver's Story Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template