SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
I.
TUJUAN
PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah memahami pengaruh keberadaan suatu zat
terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih
suatu larutan untuk menentukan massa
molekul relatif dari zat terlarut.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Sifat koligatif larutan adalah sifat
larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut
tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi
zat terlarut). Banyaknya partikel
dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi
larutan dan sifat Larutan
itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama.
Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan
larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif
larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif
larutan elektrolit (Oxtoby, 2001).
Bila suatu zat terlarut
dilarutkan dalam suatu pelarut, sifat larutan itu berbeda dari pelarut murni.
Terdapat empat sifat fisika yang penting, yang berubah secara perbandingan
lurus dengan banyaknya partikel zat terlarut yang terdapat, yaitu :
1.
Tekanan uap.
2.
Titik beku.
3.
Titik didih.
4.
Tekanan osmotik (Keenan, 1992).
1.
Penurunan tekanan uap jenuh
Pada semua
suhu, suatu zat cair selalu mempunyai tekanan uap tertentu yang disebut dengan
tekanan uap jenuh. Penambahan
sedikit zat terlarut akan mengurangi tekanan uap pelarut tersebut. Hal ini bisa
dimaklumi karena zat terlarut tersebut menghalangi atau mengurangi bagian dari
pelarut sehingga kecepatan penguapannya berkurang (Petrucci, 1987).
Penurunan tekanan
uap bisa dihitung dengan Hukum Roult :
P = Po
. XB
dimana P = tekanan uap jenuh larutan; Po
= tekanan uap jenuh pelarut murni; XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka
persamaan di atas dapat diturunkan :
P = Po . (1 - XA)
P = Po - Po . XA
Po - P = Po . XA
Sehingga :
ΔP = Po
. XA
dimana XA = fraksi mol zat terlarut
(Anonim2, 2009).
2. Penurunan
titik beku
Penurunan titik beku, ΔTf
. bila kebanyakan larutan encer
didinginkan, pelarut murni terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat
terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama dalam
keseimbangan dengan larutan disebut titik bekularutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih
rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut
(atau molnya) di dalam massa
tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku :
ΔTf = (titik beku pelarut –
titik bekularutan) = Kf
. m
dimana m ialah molaritas
larutan.
Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1
molal, penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang tersebut
di dalam pelarut itu ialah Kf
yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint
consatant) pelarut itu. Nilai numerik Kf
adalah khas pelarut itu masing-masing (Anonim3, 2003).
3. Tekanan osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan
yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan
melalui membran semi permeabel (proses osmotik) seperti ditunjukkan pada :
Menurut Van’t hoff
tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan
osmosis = Π , maka :
π° = tekanan osmosis (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)
C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)
Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih
rendah dari yang lain disebut larutan hipotonik. Larutan yang mempunyai tekanan
lebih tinggi dari yang lain disebut larutan hipertonik. Larutan yang mempunyai
tekanan osmotik sama disebut isotonik. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai
kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit
mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit
pada konsentrasi yang sama (Anonim1, 2009).
III.
ALAT DAN
BAHAN
A. ALAT
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas beker besar
500mL, gelas beker 1000 mL, pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik dan
termometer.
B. BAHAN
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah sikloheksana, larutan contoh dan es
batu.
IV.
PROSEDUR
KERJA
4.1
Menentukan Titik Beku Pelarut
1.
Semua
peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan dengan menggunakan kain atau
kertas tisu.
2.
Berat
tabung reaksi dalam keadaan kosong ditimbang dan dicatat dengan menggunakan
neraca analitik.
3.
20 ml
sikloheksana dimasukkan ke dalam tabung reaksi, selanjutnya ditimbang. Lalu tabung reaksi tersebut ditutup dengan
sumbat.
4.
Es
batu disiapkan di dalam gelas piala, ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi
dibanding tinggi larutan dalam tabung reaksi.
5.
Termometer
dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi sikloheksana. Jika
memungkinkan, tabung reaksi ditutup dengan sumbat yang memiliki lubang.
6.
Tabung
reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker. Dicatat
suhu awal larutan sebelum tabung reaksi dimasukkan.
7.
Sikloheksana
diaduk perlahan dalam tabung reaksi dengan menggunakan pengaduk gelas.
8.
Perubahan
suhu yang terjadi diamati dan dicatat setiap 10 detik
9.
Pengamatan
dilakukan selama 8 menit.
4.2
Penentuan Titik
Beku Larutan Contoh
1.
Prosedur yang sama dilakukan untuk menentukan titik
beku pelarut, hanya isi tabung reaksi
diganti dengan larutan contoh
2. Alat percobaan disusun :
5.3
Pembahasan
Sifat koligatif larutan
adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi
semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut). Larutan yang terlalu pekat mempunyai ion yang terlalu rapat dan
berdesakkan atau jarak yang satu dengan yang lainnya relatif sangat dekat
sehingga ion dalam larutan sulit untuk bergerak, sedangkan larutan yang sangat
encer mengandung ion yang sangat sedikit dan jarang jarak antara yang satu
dengan yang lain relatif jauh, sehingga ion mudah bergerak dalam larutan.
1. Menentukan titik beku pelarut
Pada
praktikum yang telah kami lakukan, kami mengukur titik beku pelarut dan larutan
serta menentukan massa molar. Pada larutan sikloheksana, suhu awalya adalah 30oC,
kemudian mengalami penurunan suhu pada 10 detik pertama yaitu dari 30oC
menjadi 29oC dan seterusnya hingga mencapai nilai
kestabilan atau konstan yaitu sebesar 5oC pada detik ke-270. Suhu
ini tetap sampai menit ke-8. Hal ini menunjukkan bahwa titik beku dari larutan
sikloheksana adalah 5oC karena tidak mengalami penambahan dan
penurunan suhu lagi. Pada saat diaduk selama 8 menit, larutan sikloheksana
menjadi beku dan terbentuk kristal-kristal kecil seperti salju yang terdapat
pada larutan dan tabung reaksinya Pada percobaan yang telah dilakukan,
sikloheksana sebagai pelarut dan larutan contoh sebagai zat terlarut.
Sikloheksana akan mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan
konsentrasi molalnya.
2. Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
Pada larutan contoh, suhu awalnya adalah 30oC.
Pada 10 detik pertama terjadi
penurunan suhu menjadi 27oC. Pada saat detik ke-390, suhunya menjadi stabil dan
konstan yaitu sebesar -1oC. Suhu ini tetap sampai menit ke-8. Ini
menunjukkan suhu -1oC adalah titik beku larutan contoh.
Dari percobaan di atas dapat kita ketahui bahwa dalam
mendapatkan titik beku dari grafik, yaitu dengan membuat grafik dari hasil
percobaan sehingga suhu konstan pada masing-masing larutan akan ditarik garis
lurus seperti pada grafik yang menunjukkan titik beku kedua larutan. Disini
dapat dilihat bahwa titik beku larutan contoh lebih rendah dari titik beku
pelarut. Perbedaan titik beku antara kedua larutan itu disebut penurunan titik
beku.
Dari seluruh data penurunan titik beku larutan di
atas, terbukti bahwa setiap adanya penambahan jumlah zat terlarut akan
bertambah juga penurunan titik bekunya.
Perbedaan ini terjadi karena suhu pendinginan yang tidak konstan. Hal
ini dikarenakan ketika termometer ditarik ke atas / keluar dari tabung reaksi
untuk mengetahui suhu larutan maka suhunya telah terpengaruh oleh suhu luar.
Dalam percobaan ditemukan
bahwa penurunan titik beku sebanding dengan molaritas dari zat terlarut dalam
larutan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil percobaan.
Penurunan titik beku dan kenaikan titik
didih larutan dibandingkan dengan pelarut murni berbeda, dikarenakan keberadaan
suatu zat non volatil dalam pelarut akan
menyebabkan terjadinya penurunan kecendrungan zat pelarut tersebut untuk
berubah fase uapnya. Akibatnya tekanan uap pelarut dalam larutan tersebut
menjadi lebih rendah dibandingkan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan
murni.
V. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sifat koligatif larutan adalah sifat
larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata
hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut.
2. Sifat koligatif dipengaruhi oleh
konsentrasi zat terlarut dalam suatu zat pelarut.
3. Penurunan titik beku bergantung pada
konsentrasi zat terlarut.
4. Titk beku sutu zat terlarut dapat
diketahui dengan penurunan zat pelarut.
5. Besar berat molekul suatu senyawa
bergantung pada titik beku larutan dan titik beku pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2009. Sifat
koligatif larutan
diakses pada
tanggal 15 Nopember 2009
Anonim2. 2009. Penurunan titik uap
diakses pada
tanggal 15 Nopember 2009
Anonim3. 2003. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. UGM : Yogyakarta
Keenan, dkk. 1992. Kimia Untuk
Universitas Jilid 2. Erlangga
: Jakarta.
Oxtoby, David W, dkk. 2001.
Prinsip – Prinsip Kimia Modern.
Erlangga : Surabaya.
Ralph H, Pettrucci. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern jilid 1. Erlangga: Jakarta
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB: Bandung .
ijin salin.bro
BalasHapus