KESETIMBANGAN HASIL KALI KELARUTAN
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk memahami sifat larutan jenuh, kelarutan suatu
garam dalam pelarut air dan menentukan hasil kali kelarutannya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan suatu senyawa didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang
dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan
dalam volume pelarut tertentu pada suhu tertentu. Meskipun pelarut – pelarut
selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah yang
paling penting dan banyak digunakan (Oxtoby, 2001).
Jika sejumlah zat terlarut dibiarkan berhubungan dengan sejumlah terbatas pelarut, pelarutan terjadi secara
terus menerus. Hal ini berlaku karena adanya proses pengendapan, yaitu
kembalinya spesies (atom, ion dan molekul) kedalam keadaan tak larut. Pada
waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau kecepatan sama,
kuantitas terlarut yang larut dalam sejumlah pelarut tetap sama pada setiap
waktu. Proses ini adalah satu kesetimbangan dinamis dan larutannya dinamakan
larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh dikenal sebagai kelarutan zat terlarut
dalam pelarut tertentu .
Sifat
kesetimbangan diantara padatan ion yang sedikit larut dan ion-ionnya dalam
larutan berair, dikenal dengan kesetimbangan kelarutan. Kelarutan zat terlarut
diketahui dari konsentrasi dalam larutan jenuhnya, biasanya dinyatakan dalam
banyaknya mol zat terlarut per liter larutan jenuh. Seperti halnya kesetimbangan
asam-basa, akan diketahui bahwa kesetimbangan kelarutan sangat dipengaruhi oleh
kehadiran ion senama. Kesetimbangan kelarutan dari zat-zat terlarut tertentu
juga dipengaruhi secara serentak oleh reaksi asam-basa. Inilah sebabnya,
mengapa beberapa zat terlarut yang tidak larut dalam air mudah larut dalam
larutan asam. Masih ada pula faktor lain yang dapat meningkatkan kelarutan zat
terlarut, ialah pembentukan ion kompleks (Petrucci, 1987).
Kesetimbangan kimia adalah
kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem terjadi perubahan zat pereaksi
menjadi hasil reaksi, dan sebaliknya. Sebagai contoh :
AB + CD AC + BD
Dalam kesetimbangan ini,
terjadi reaksi AB dan CD menjadi AC dan BD, dan pada saat yang sama, AC dan BD
bereaksi menjadi AB dan CD. Akibatnya keempat zat dalam sistem itu
jumlahnya mendekati konstan (Syukri,
1999).
Sistem kesetimbangan dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu sistem kesetimbangan homogen dan sistem kesetimbangan heterogen, Yaitu :
1.
Kesetimbangan
homogen merupakan kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai kesamaan fase,
sehingga sistem yang terbentuk itu hanya memiliki satu fase.
2.
Kesetimbangan
heterogen merupakan suatu kesetimbangan yang anggota sistemnya mempunyai lebih
dari satu fase, sehingga sistem yang terbentuk pun mempunyai lebih dari satu
macam fase.
Dalam kimia terdapat hubungan antara konstanta
kesetimbangan dengan persamaan reaksi yang disebut Hukum Kesetimbangan.
Konstanta kesetimbangan konsentrasi adalah hasil perkalian antara zat hasil
reaksi dibagi dengan perkalian konsentrasi zat pereaksi, dan masing-masing
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya (Syukri, 1999).
Rumus
tetapan kesetimbangan yang menggambarkan kesetimbangan antara senyawa ion yang
sedikit larut dengan ion-ionnya dalam larutan berair dinamakan tetapan hasil
kali kelarutan, disingkat Ksp. Ksp yaitu hasil kali konsentrasi tiap
ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing.
Senyawa
|
Ksp
|
MgCO3
|
3,5 x
10-8
|
PbCl2
|
1,6 x
10-5
|
PbI2
|
7,1 x
10-9
|
CaF2
|
2,7 x
10-11
|
Ba
(OH)2
|
5 x
10-3
|
BaCO3
|
5,1 x
10-9
|
CaSO4
|
9,1 x
10-6
|
SrSO4
|
3,2 x
10-7
|
ZnS
|
1,0 x
10-21
|
MnS
|
2,5 x
10-13
|
Tabel 1. Tetapan Hasil Kali Kelarutan pada Suhu 25oC
(Petrucci, 1987)
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion
dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan
membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah
sebagai berikut :
1. Apabila hasil kali ion-ion yang
dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing kurang dari nilai Ksp maka
larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.
- Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat jenuhnamun tidak terjadi endapan.
- Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan.
(Syukri, 1999).
Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan
mengukur kelarutan sampai keadaan tepat jenuh. Dalam keadaan itu, kemampuan pelarut
telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat
terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Larutan tepat jenuh dapat
dibuat memasukkan zat kedalam pelarut sehingga lewat jenuh. Endapan disaring
dan ditimbang untuk menghitung massa yang terlarut (Syukri, 1999).
Larutan jenuh didefinisikan sebagai larutan yang
mengandung zat terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan
antara zat terlarut yang larut dan yang tak larut. Pembentukan larutan jenuh dapat dipercepat
dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih. Banyaknya zat terlarut yang melarut dalam
pelarut yang banyaknya tertentu, untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut
kelarutan zat terlarut. Lazimnya
kelarutan dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 cm3 atau 100
gram pelarut pada temperatur yang sudah ditentukan (Brady, 1999).
Suatu larutan tak jenuh kalah pekat (lebih encer)
dari pada larutan jenuh. Dan suatu
larutan lewat jenuh lebih pekat dibandingkan dengan larutan jenuh. Suatu larutan lewat jenuh biasanya dibuat
dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Zat terlarut haruslah lebih banyak larut
dalam dalam pelarut panas dari pada dalam pelarut dingin. Jika tersisa zat terlarut yang belum larut,
sisa itu disingkirkan. Larutan panas itu
kemudian didinginkan dengan hati-hati untuk menghindari pengkristalan (Brady,
1999).
Menurut prinsip Le Chatelier, sistem pada keadaan
setimbang menanggapi peningkatan salah satu preaksinya dengan cara menggeser
kesetimbangan dimana arah pereaksi tersebut dikonsumsi. Kelarutan senyawa ion
yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan kehadiran senyawa lain
yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama yang ditambahkan dalam larutan
jenuh adalah menurunkan kelarutan, sedangkan pengaruh ion tak senama yang lebih
dikenal dengan istilah pengaruh garam, cenderung meningkatkan kelarutan
(Petrucci, 1987).
Hubungan hasil kali kelarutan berlaku dengan cukup tepat untuk maksud
analisis kuantitatif, hanya untuk larutan jenuh elektrolit yang sedikit dapat
larut dan dengan sedikit penambahan garam lain.
Dengan hadirnya garam dalam konsentrasi yang sedang, konsentrasi ion dan
kuat larutan akan bertambah. Pada
umumnya ini akan mengecilkan koefisien aktifitas kedua ion akibatnya
konsentrasi ion dan kelarutan harus bertambah agar hasil kali kelarutan
konstan. Efek ini, yang paling kentara
bila elektrolit tambahan itu tidak bersekutu ion dengan garam yang sedikit
dapat larut, dapat disebut efek garam
Untuk garam yang sedikit
larut (kelarutannya kurang dari 0,01 mol/dm3), adalah suatu fakta
eksperimen bahwa perkalian konsentrasi-konsentrasi molekuler total ion-ion
adalah konstan pada temperatur konstan. Hasil kali ini disebut hasil kali
kelarutan
Untuk garam yang sangat larut
(misalnya CaCl), konsentrasi ion dalam
larutan air yang jenuh sangat tinggi sehingga larutan menjadi sangat tidak
ideal. Ada banyak pengabungan ion – ion dalam larutan yang menghasilkan
pasangan sementara ion dengan muatan yang berlawanan dan juga dalam kelompok
yang lebih besar. Oleh karena itulah kita membatasi perhatian kita pada
pasangan garam larut dan tidak larut (Oxtoby, 2001).
Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion
dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan
membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah
sebagai berikut :
1.
Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan
dengan koefisiennya masing- masing kurang dari nilai Ksp maka larutan belum
jenuh dan tidak terjadi endapan.
2.
Apabila hasil kalli ion – ion yang dipangkatkan
koefisiennya masing – masing sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tapat
jenuh, namun tidak terjadi endapan.
3.
Apabila hasil kali ion – ion yang dipangkatkan
koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan
terbentuk endapan.
Hubungan antara
kelarutan dengan Ksp yaitu Ksp dapat menentukan kelarutan dan kelarutan dapat
pula dihitung dari tabel Ksp. Pengaruh ion senama, sejak ini larutan jenuh yang
mengandung ion-ion yang berasal dari satu sumber padatan murni. Kelarutan
senyawa ion yang sedikit larut semakin rendah kelarutannya dengan kehadiran
yang memberikan ion senama. Pengaruh ion senama dalam kesetimbangan kelarutan
adalah misalnya larutan yang jernih dengan penambahan sedikit larutan yang
mengandung ion senama akan menurunkan kelarutan zat, dan kelebihan terlarut
mengendap. Pengaruh ion senama lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam.
Kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukan pasangan ion dalam larutan.
Faktor yang lebih nyata dari pasangan ion adalah jika ion yang berperan serta
dalam kesetimbangan kelarutan secara bersamaan terlibat dalam kesetimbangan
asam basa atau ion kompleks. Maka nilai Ksp tergantung pada suhu
(Administrator,2009).
III. ALAT
DAN BAHAN
A. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala 100 ml,
erlenmeyer 100 ml, pipet volume (ukuran 5 m, 20 m, 25 ml), buret 50 mL, corong
kaca.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan jenuh MgCO3,
CaCO3, BaCO3, larutan standar HCl 0,001 M, larutan
standar NaOH 0,001 M, indikator fenol merah.
IV. PROSEDUR
KERJA
1.
Sebanyak 25 ml larutan MgCO3 jenuh dimasukkan
ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok.
2.
Sebanyak 5 ml larutan HCl 0,001 M ditambahkan dengan
menggunakan pipet gondok.
3.
Sebanyak 10 ml larutan NaOH 0,001 M ditambahkan
dengan menggunakan pipet gondok.
4.
Buret yang akan digunakan dicuci dengan aquades lalu
dikeringkan.
5.
Larutan standar HCl 0,001 M diisi ke dalam buret.
6.
Indiktor fenol merah ditambahkan ke dalam erlenmeyer.
7.
Larutan dititrasi di dalam elenmeyer dengan larutan
HCl 0,001 M dari buret sampai tepat terjadi
perubahan warna yang konstan.
8.
Titrasi dihentikan. Dicatat volume HCl yang
diperlukan untuk titrasi.
9.
Titrasi diulangi sebanyak dua kali. Dirata-ratakan
volume HCl yang digunakan.
10. Prosedur yang
sama dilakukan untuk larutan CaCO3 dan BaCO3.
B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini,
bahan yang digunakan hanya MgCO3 , kalsium karbonat (CaCO3)
dan BaCO3. Pada larutan
jenuh MgCO3 dengan volume larutan jenuh sebanyak 20 ml, ditambahkan 1 mL HCl 0,001 M dan 10 mL
NaOH 0,001 M dengan 2-3 tetes indikator fenol merah. Kemudian campuran ini
dititrasi dengan larutan standar HCl. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali,
sehingga volume larutan HCl rata-rata yang digunakan untuk titrasi adalah 8,8
mL denga perubahan larutan berwarna merah muda menjadi
kuning muda akibat hasil dari
dititrasi dengan larutan standar HCl sehingga menghasilkan menghasilkan
perubahan warna tersebut. Perubahan warna ini disebabkan karena adanya reaksi
antara indikator fenol merah dengan larutan HCl yang bersifat asam dan
mempunyai kisaran pH < 7. Reaksi yang terbentuk dari titrasi diatas, yaitu :
Reaksi 1 : MgCO3 + 2HCl ® MgCl2 + H2CO3
Reaksi 2 : HCl + NaOH ® NaCl + H2O
Reaksi 3 : NaOH + HCl ® NaCl + H2O
Dari percobaan reaksi di atas, dapat
dicari kelarutan dari MgCO3, yaitu sebesar 7,6 x 10-5
mol/L dan dapat diketahui besarnya
Ksp MgCO3 yaitu 57,8 x 10-10 M2.
Sedangkan
pada larutan jenuh CaCO3 yang merupakan larutan yang tepat akan
mengendap apabila di dalamnya ditambahkan padatan CaCO3 dimana
padatan tersebut tidak akan larut dan membentuk endapan kembali. Kesetimbangan
hasil kali kelarutan yang dilakukan pada percobaan CaCO3 dengan
volume larutan jenuh sebanyak 25 mL yang ditambahkan dengan 5 ml larutan HCl
0,001 M dan ditambahkan lagi dengan NaOH 0,001 M 10 ml beserta indikator fenol
merah sebanyak 3 tetes dititrasi dengan HCl baku dari buret hingga menghasilkan
warna dari yang berwarna merah muda menjadi warna kuning muda Rata-rata volume
HCl yang dihasilkan untuk titrasi adalah
sebanyak 9,5 mL. Perubahan warna
tersebut diakibatkan karena perubahan pH larutan campuran yang sebelumnya lebih
bersifat basa, namun setelah dititrasi dengan HCl, pH larutan menjadi berubah.
Pada penambahan HCl kedalam larutan CaCO3 jenuh terjadi reaksi,
dalam hal ini HCl yang ditambahkan
berlebihan, karena belum diketahui berapa Ca2+ yang ada dalam larutan .
Pada percobaan kali ini cara kerja larutan CaCO3 sama dengan
cara kerja larutan MgCO3. Reaksi yang terbentuk dari titrasi larutan
CaCO3, yaitu :
CaCO3 + 2 HCl → CaCl2 + H2CO3
HCl + NaOH → NaCl + H2O
NaOH + HCl → NaCl + H2O
Dari
data yang diperoleh dapat ditentukan besarnya kelarutan (s) dan hasil kali
kelarutan pada MgCO3 dan CaCO3. Besarnya hasil kali
kelarutan MgCO3 yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 57,8 x 10-10
M2 dan besar hasil kali kelarutan CaCO3 adalah
sebesar 9 x10-5 mol/L dan dapat diketahui besarnya Ksp CaCO3 yaitu 81 x10-10 M2.
Dari hasil perhitungan yang ada mungkin ada terjadi sedikit kesalahan,
kesalahan ini seringkali karena kurang telitinya praktikan dalam pembacaan
volume pada buret, kurang tepatnya dalam mengamati perubahan warna pada proses
titrasi serta kurang teliti dalam penambahan antara larutan yang satu dengan
yang lain.
Dari data yang telah didapat dalam
perhitungan di atas bahwa Ksp CaCO3
dan MgCO3 nilainya jauh lebih kecil dari nilai Ksp teoritisnya Perbedaan hasil percobaan dengan literatur
memang sering terjadi. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya maka
diperlukan ketelitian dalam melakukan praktikum ini.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Hasil
kali kelarutan adalah nilai dari perkalian ion-ion dalam larutan dimana pada
suhu tertentu terjadi keseimbangan antara ion-ion tersebut dengan padatan.
2. Besarnya hasil kali kelarutan MgCO3 yang diperoleh
dari hasil percobaan ini adalah 57,8 x 10-10 M2.
3. Hasil
kali kelarutan (Ksp) MgCO3 pada percobaan ini adalah 57,8 x
10-10 M2.
4. Besarnya hasil kali kelarutan CaCO3 yang diperoleh dari hasil
percobaan ini adalah 9 x10-5 mol/L.
5. Hasil
kali kelarutan (Ksp) CaCO3 pada percobaan ini adalah 81 x10-10
M2.
6. Hasil kali kelarutan dipengaruhi oleh suhu,
semakin besar suhu semakin besar pula Kspnya.
7. Kelarutan dari MgCO3
lebih kecil dari kelarutan CaCO3. Hal ini dikarenakan konsentrasi
MgCO3 lebih kecil dari konsentrasi CaCO3, sehingga
larutan HCl yang digunakan untuk mentitrasi MgCO3 lebih kecil
daripada CaCO3.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. Kimia
Universitas Asas dan Struktur Edisi kelima jilid 1. Binarupa Aksara :
Jakarta.
Oxtoby david w,dkk .2001.Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Erlangga, Surabaya
Petrucci, R. H. 1987. Kimia
Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Erlangga. Jakarta
Syukri. 1999.
Kimia dasar 2. ITB: Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar