1. Struktur dan sifat kitosan
Kitosan adalah polimer yang memiliki kemampuan
adsorpsi yang baik terutama terhadap ion logam transisi, sehingga dapat
membentuk senyawa khelat. Kemampuan dan stabilitas dari kompleks kitosan-logam
sebagian besar tergantung pada parameter-parameter polimer, yaitu Derajat Deasetilasi
(DD), panjang rantai polimer dan kristalinitasnya (Modrzejewska et al., 2009).
Perbedaan antara kitin dan kitosan terdapat pada derajat deasetilasinya. Kitosan
mempunyai derajat deasetilasi 80–90%, akan tetapi kebanyakan publikasi
menggunakan istilah kitosan apabila derajat deasetilasi lebih besar 70% (Kaban, 2009).
Kitin merupakan polisakarida yang
paling banyak terdapat di alam setelah selulosa (Synoweicki & Al-Khateeb,
2003). Polisakarida yang ditemukan di alam seperti selulosa, pekstran, pektin,
asam alginat, agar, agarosa, dan karagenan bersifat netral. Namun ini berbeda
dengan kitin dan kitosan yang bersifat basa (Dutta et al., 2004). Deasetilisasi kitin menjadi kitosan menggunakan NaOH
dapat mengubah berat molekul, derajat deasetilisasi, dan degradasi nutrisi
protein dari produk (Synoweicki & Al-Khateeb, 2003). Berikut adalah
struktur kimia untuk kitin dan kitosan:
a.
b.
Gambar 1. Struktur
kimia (a) Kitin (poli-N-asetil-glukosamin) dan (b) Kitosan (poli-glukosamin) (Kaban,
2009)
Kitosan tidak larut dalam air dan tidak larut
dalam pelarut organik (Ravi Kumar et al.,
2004) tetapi sedikit larut dalam asam klorida, serta larut baik dalam asam lemah,
seperti asam formiat dan asam asetat (Synoweicki & Al-Khateeb, 2003).
Kitosan bersifat hidrofilik, biokompatibel, biodegradabel dan bahan anti
bakteri. Gugus amino pada kitosan lebih mudah berubah menjadi kation dalam
larutan asam sehingga sangat kuat mengadsorp anion dengan daya tarik
elektrostatik (Kyaw et al., 2011).2. Perkembangan metode sintesis kitosan berpori
Peneliti terdahulu Kim et al. (2004) telah berhasil membuat beads kitosan berpori dengan natrium
hidroksida (NaOH) sebagai agen pembeku. Beads
kitosan kemudian dikeringkan dengan empat metode yang berbeda, yaitu
pengeringan pada suhu ruangan, pengeringan dengan vakum, pengeringan dengan
oven dan freeze drying. Hasil
karakteristik produk yang diperoleh menunjukkan bahwa pengeringan dengan freeze drying menghasilkan produk dengan
rerata pori yang lebih besar (21,5 Å) daripada pengeringan dengan tiga metode
lainnya (7,56 Å).
Sun et al. (2010) juga telah melakukan sintesis kitosan berpori dengan
adanya penambahan porogen (agen pencetak pori) berupa silika gel. Analisis
terhadap foto SEM (Scanning Electron Microscopy)
dari produk kitosan dengan penambahan porogen silika gel menunjukkan bahwa
produk tersebut memiliki permukaan yang lebih berpori dibandingkan dengan
kitosan tanpa penambahan porogen.
Akhir-akhir ini Gupta & Shivakumar (2012) telah
berhasil mensintesis hidrogel superpori berbahan dasar kitosan dengan
penambahan PVA sebagai agen penguat dan sodium bikarbonat sebagai agen pembuih.
Analisis terhadap foto SEM menunjukkan bahwa diameter rerata pori-porinya adalah sekitar 1x106-3x106
Å.
0 komentar:
Posting Komentar