Pasar Terapung Muara
Kuin adalah Pasar Tradisional yang berada di atas sungai Barito di muara sungai
Kuin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan
jukung, sebutan perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini mulai setelah shalat
Subuh sampai selepas pukul 07:00 pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di
antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang
aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Source : http://banjarmasinkota.go.id/wisata/objek-wisata/pasar-terapung.html
Suasana dan kegiatan pasar
Dengan menyaksikan panoramanya, wisatawan
seakan-akan sedang tamasya. Jukung-jukung dengan sarat muatan barang dagangan
sayur mayur, buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga
tersedia di pasar terapung. Ketika matahari mulai muncul berangsur-angsur pasar
pun mulai menyepi, sang pedagang pun mulai beranjak meninggalkan pasar terapung
membawa hasil yang diperoleh dengan kepuasan.
Suasana pasar terapung yang unik dan khas adalah
berdesak-desakan antara perahu besar dan kecil saling mencari pembeli dan
penjual yang selalu berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan
gelombang sungai Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada
pasar di daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung
atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.Para pedagang wanita yang
berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau tetangganya disebut dukuh,
sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali
disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini adalah masih sering terjadi
transaksi barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar
disebut bapanduk, sesuatu yang unik dan langka.
Potensi wisata
Obyek wisata ini sering dianggap sebagai daya
tarik yang fantastik, Banjarmasin bagaikan Venesia di Timur Dunia, karena
keduanya memiliki potensi wisata sungai. Namun kedua kota berbeda alam dan
latar belakang budayanya. Di Banjarmasin masih banyak ditemui di sepanjang
sungai rumah-rumah terapung yang disebut rumah lanting, yang selalu oleng
dimainkan gelombang.
Daerah Kuin
merupakan tipe permukiman yang berada di sepanjang aliran sungai (waterfront
village) yang memiliki beberapa daya tarik pariwisata, baik berupa wisata alam,
wisata budaya maupun wisata budaya. Kehidupan masyarakatnya erat dengan
kehidupan sungai seperti pasar terapung, perkampungan tepian sungai dengan
arsitektur tradisionalnya. Hilir mudiknya aneka perahu tradisional dengan
beraneka muatan merupakan atraksi yang menarik bagi wisatawan, bahkan
diharapkan dapat dikembangkan menjadi desa wisata sehingga dapat menjadi
pembentuk citra dalam promosi kepariwisataan Kalimantan Selatan. Masih di
kawasan yang sama wisatawan dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan
Komplek Makam Sultan Suriansyah, pulau Kembang, pulau Kaget dan pulau Bakut. Di
Kuin juga terdapat kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.
Kini pasar terapung Kuin dipastikan menyusul
punah berganti dengan pasar darat. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Kuin
harus menelan kekecewaan karena tidak menjumpai adanya geliat eksotisme pasar
di atas air.
Kepunahan pasar tradisional di daerah
"seribu sungai" ini dipicu oleh kemaruk budaya darat serta ditunjang
dengan pembangunan daerah yang selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur
sungai dan kanal musnah tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat
yang dulu banyak memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor
atau mobil.Source : http://banjarmasinkota.go.id/wisata/objek-wisata/pasar-terapung.html
0 komentar:
Posting Komentar